Halaman

Senin, 04 Oktober 2010

Menunggu

Dengan ditemani segelas teh es manis malam ini aku duduk disebuah warung kopi kecil tepat disamping jembatan tua disebuah jalan yang ramai. Tak ada yang menemaniku malam ini. Hanya sebungkus rokok lah yang menjadi sahabat karib. Mataku terus melihat lalu lalang kendaraan di jalan yg tepat dihadapan. Tak putus putus kendaraan itu lewat silih berganti. Bukanlah aku duduk sendiri dengan tidak ada arti. Aku duduk disini untuk menanti seseorang yang telah aku tunggu kedatangannya. Aku tidak ada temu janji memang dengannya. Hanya ingin membuat dia terkejut saja dengan keberadaanku.

Memang menunggu adalah suatu hal yg sangat membosankan. Tapi tidaklah mengapa, biarlah kesabaranku diuji dengan penantian ini. Siapa tahu aku bisa menjadi insan manusia yg sabar. Amin. 
Perut pun sudah minta diisi. Pantaslah memang cacing cacing dalam perut berteriak, karena memang aku belumlah makan selepas sahur jam 03.20 tadi subuh. Ya aku berpuasa hari ini. Tapi aku tidak tau puasa sunah apa yg kujalani hari ini. Sungguh aku tidaklah tau. Hanya ingin berpuasa sajalah aku. Biarlah Tuhan yang menilai puasa tersebut masuk dalam kategori mana.
Kuteguk sedikit teh es manis dihadapanku. Dingin pun meresap kedalam rongga mulut yang berjalan pelan ke dada hingga sampai ke perut. Lumayan untuk penyangga lapar barang sejenak. Namun aku tidak bisa berkata tidak bahwa angin telah masuk serta penuh dalam perut. Bahaya menurutku. Karena dalam keadaan lapar sangatlah mudah bagi manusia untuk tidak dapat berpikir jernih. Aku takut rasa amarah menghampiri otak dan dadaku karena penantian panjang ini. Mudah mudahan aku dapat segera bertemu dengan dia. 


Cepatlah datang wahai engkau yang ku tunggu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Komentar